Malam ini, aku terduduk di sebuah meja yang ada di sudut kamarku. Sebuah meja yang terbuat dari kayu yang aku pesan pada salah satu toko mebel di desa ini beberapa bulan yang lalu. Harganya cukup murah hanya tiga ratus ribu rupiah dan sudah cukup kokoh dengan ukuran satu kali satu meter.
Di meja ini, aku banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaan utama saya sebagai dokter. Yah, biasanya jadwal praktekku dimulai pada pukul 06.00 dan berakhir di pukul 12.00. Setelah itu biasanya shift keduaku dimulai pada pukul 19.30 hingga 21.30 dan itu berulang terus - menerus tanpa libur seharipun. Namun, aku memiliki kesempatan cuti yang tentunya disesuaikan dengan jadwal teman sejawat dokter lainnya.
Banyak yang ingin aku ceritakan sejak 2 tahun terakhir di dalam hidupku. Mulai dari permasalahan finansial yang aku alami walaupun saat ini sudah mulai membaik hingga permasalahan pertemananku. Proses kehidupan hingga usiaku saat ini banyak memberikan pelajaran penting tentunya. Mulai dari melihat pertemanan dari sudut pandang yang beragam hingga menentukan prioritas hidup.
Aku pernah merasa memiliki begitu banyak teman hingga saat ini merasakan tidak memiliki teman sama sekali. Kok bisa? Yah, bisa saja. Begitu sakit rasanya ketika teman yang dulu menjadi penyemangat, tempat bercerita, teman berjalan dari ujung pintu mall yang satu ke pintu mall lainnya hanya sekadar mencari - cari barang yang menurut kami itu dibutuhkan, saling mengkritik namun diselingi tawa canda, saling menunggu di depan toilet ketika yang satunya ingin ke toilet, teman bepergian ke luar kota hanya untuk sekadar menghilangkan penat kami, teman bermain petak umpet di mall padahal usai kami tidak remaja lagi, teman berjuang masuk perguruan tinggi, teman duduk sambil bersantap bekal di sebuah lapangan besar di kota kami sambil menceritakan cita-cita kami masing-masing.
Hingga kini, aku bahkan tidak tau apa isi hatinya. Yah, aku menulis ini dengan tetesan air mata yang tidak ada hentinya. Andai kamu tahu apa yang saat ini aku pikul. Andai kamu tau apa yang sudah saya lewati tanpa bercerita satu katapun. Andai kamu tahu aku pernah berjalan sendirian di kota orang dengan hanya memang uang 2.000 rupiah di genggaman tanganku. Andai kamu tau semua isi hatiku yang tidak pernah satu kalipun memiliki rasa iri dan dengki kepada sahabat - sahabatku.
Aku paham betul, sebagai manusia biasa. Aku banyak memiliki kekurangan. Banyak sekali. Tapi, apa adil jika kekuranganku itu menjadikanku hina di mata sahabat - sahabatku. Apa adil jika semua yang kita lalui harus diukur dengan sebuah atau dua kejadian yang itupun di luar kontrol ku?
Hanya satu yang bisa aku bisa sampaikan. Permintaan maaf yang sedalam-dalamnya. Karena saya tidak pernah bisa menyimpan satu pun rasa benci dalam hidupku. Semua yang kebaikan kalian tidak pernah aku lupakan satu kalipun.
Terima kasih dan salam dariku yang tidak akan pernah lagi mau menyimpan rasa benci dan apapun yang negatif dalam diriku.
0 komentar:
Posting Komentar
Sebutin nama yee,, kalo ngga dicubit loh!
(Pastikan Komentar Anda Telah Terkirim)